jalur hk

    Release time:2024-10-07 22:12:19    source:pos4d99   

jalur hk,dewiqq login,jalur hkJakarta, CNN Indonesia--

Seorang guru di Tabanan Bali diduga telah mengeksploitasi foto-foto siswi SMP dengan menjadikan mereka sebagai model di akun media sosial Instagram bernama Nangkela.

Sekretaris Daerah Bali, Dewa Made Indra menyatakan kejadian ini telah menjadi atensi serius Pemerintah Provinsi Bali.

"Malam ini saya telepon Sekda Tabanan, paling tidak memerintahkan kepala dinas pendidikannya segera mencari tahu bagaimana peristiwa ini," kata dia di Denpasar, Selasa, seperti dikutip dari Antara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Aturan seragam di sekolah pasti ada seperti pakaian sopan, kalau wanita tidak boleh pakaiannya ketat, kemudian rok harus di bawah lutut, kaos kaki di atas mata kaki, saya pikir semua sekolah melakukan itu," ujarnya.

"Ini pasti kasus bersifat individual, ini harus jadi pelajaran bahwa nanti kepala sekolah-kepala sekolah harus melakukan pembinaan," sambung birokrat nomor satu di Pemprov Bali itu.

Lihat Juga :
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Sita Vila Mewah Bos Sriwijaya di Bali

Guru PPPK pengajar seni budaya

Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tabanan I Gusti Ngurah Darma Utama membenarkan kasus dugaan eksploitasi bentuk tubuh siswi SMP itu oleh oknum guru. Dia mengatakan tindakan awal oleh pihak sekolah.

"Sudah dilakukan rapat kepala sekolah, pengawas dan wakil kepala sekolah dengan memanggil guru yang bersangkutan, diperintahkan akun dihapus dan guru atau pemilik akun diberikan sanksi pembinaan," ujarnya di Tabanan, Rabu.

Dia mengatakan oknum guru yang membuat konten diduga mengeksploitasi tubuh siswi SMP tersebut berstatus PPPK golongan IX.

"Iya, saya konfirmasi itu akun dari salah satu guru di SMPN 2 Kerambitan. Statusnya PPPK pengangkatan tahun 2023," kata dia di Tabanan, Rabu (21/8)

Adapun guru yang dimaksud, katanya, mengampu mata pelajaran seni budaya SMPN 2 Kerambitan.

"Barusan pagi saya panggil (oknum guru) rapat di dinas melibatkan Kepala BKPSDM Tabanan, Kepala Bidang Pembinaan SMP, kepala sekolah, dan wakil kepala sekolah, dan yang bersangkutan mengakui itu akunnya dan itu akun pribadi," ujarnya.

Atas tindakan diduga menjadikan siswi di bawah umur objek seksual itu, guru SMPN 2 Kerambitan tersebut mendapat teguran tertulis larangan untuk menggunakan objek sekolah maupun warga sekolah untuk kepentingan akun media sosial pribadi.

Selain itu, akun Instagram milik oknum guru tersebut juga diminta untuk dihapus. Selain itu, dia menegaskan ada sanksi lebih tegas bila pelanggaran kembali dilakukan.

"Kami sesuai dengan aturan kepegawaian terkait PPPK bisa dicabut perjanjian seizin badan kepegawaian atau bupati, pertama buat pernyataan, kemudian ada teguran dari kami, kalau itu dilanggar sanksinya naik sampai pemecatan," ujar Ngurah Darma.

Pada tahap pertama ini oknum guru tersebut membuat surat pernyataan bahwa akun yang digunakan mengunggah konten siswi SMP adalah akun pribadi, tidak mendapat keuntungan, akun tersebut untuk mengembangkan kreativitas anak, konten tersebut berdasarkan ide siswa, dan orang tua siswa mengizinkan anaknya membuat konten tersebut.

Lihat Juga :
Gus Yaqut soal Dipecat PKB: Saya Belum Terima Surat, Dagelan Saja

Kepada pihak dinas, kata Ngurah Darma, oknum guru SMPN 2 Kerambitan itu mengaku sudah mengantongi izin orang tua para pelajar untuk membuat konten video dan foto pose sensual dengan objek siswi tersebut.

"Yang bersangkutan menyampaikan bahwa menggunakan anak-anak di SMP itu atas seizin orang tua," kata dia.

Disdik Tabanan mengakui secara undang-undang ini melanggar, namun jika dikaitkan dengan izin pembuatan konten nyatanya pihak orang tua para siswi sudah memberikan izin.

Tak ingin langsung percaya, Ngurah Darma berencana mendatangi SMPN 2 Kerambitan pada Kamis (22/8) besok untuk mengonfirmasi kebenaran adanya izin dari orang tua siswa.

Dari pertemuannya dengan oknum guru dan pihak sekolah, Ngurah Darma mendapat keterangan bahwa akun pribadi guru itu dijadikan ruang untuk menampung kreativitas siswa tanpa ada unsur mencari keuntungan.

Bahkan oknum guru mengaku sebagian besar konten dibuat atas permintaan siswa, sehingga ia hanya mewadahi.

"Dari hasil konfirmasi kami dengan guru yang bersangkutan, justru itu terjadi atas koordinasi guru dan siswa, kadang-kadang lebih sering justru siswa yang meminta membuat ide cerita, ide gerakan," ujarnya.

(Antara/kid)