bulan 2d

    Release time:2024-10-07 21:34:57    source:lapanslot   

bulan 2d,syair kalong hk malam ini,bulan 2d

Jakarta,CNBC Indonesia- Gaharu, juga dikenal sebagai "agarwood," merupakan jenis kayu langka dan mahal yang berasal dari pohonAquilaria. Gaharu memiliki aroma khas yang dihasilkan dari infeksi alami pohon oleh mikroorganisme tertentu, menjadikannya bahan baku utama dalam pembuatan parfum, dupa, dan produk kesehatan. 

Gaharu dianggap sebagai "emas hijau" karena harganya yang tinggi di pasar internasional. Di beberapa negara, harga gaharu berkualitas bisa mencapai ribuan dolar per kilogram.

Gaharu juga dikenal memiliki nilai spiritual tinggi, terutama di negara-negara Timur Tengah dan Asia, di mana gaharu sering digunakan dalam upacara keagamaan.

Pohon Gaharu (tangkapan Layar via Tokopedia/Tukang Taman_Jakarta)Foto: Pohon Gaharu (tangkapan Layar via Tokopedia/Tukang Taman_Jakarta)
Pohon Gaharu (tangkapan Layar via Tokopedia/Tukang Taman_Jakarta)



Kondisi produksi gaharu di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir mengalami fluktuasi. Data menunjukkan bahwa jumlah berat ekspor gaharu Indonesia cenderung menurun setelah mencapai puncaknya pada tahun 2021 sebesar 2,0 ribu ton, kemudian menurun menjadi 1,6 ribu ton pada 2022, dan terus turun hingga 1,2 ribu ton pada 2023. Penurunan produksi ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk perubahan iklim, praktik penebangan ilegal, serta kurangnya upaya budidaya gaharu secara berkelanjutan. 

Budidaya pohon gaharu sendiri dapat memakan waktu bertahun-tahun hingga pohon tersebut bisa menghasilkan resin yang berkualitas, menjadikannya investasi jangka panjang bagi petani.



Meskipun demikian, nilai ekspor gaharu secara keseluruhan justru mengalami peningkatan, terutama karena permintaan yang tinggi dan harga jual yang stabil di pasar internasional. Pada  2023, nilai ekspor mencapai US$ 16,6 juta, meningkat dari US$ 16,4 juta di tahun sebelumnya.



Indonesia mengekspor gaharu ke berbagai negara, dengan Arab Saudi sebagai negara tujuan utama, diikuti oleh Uni Emirat Arab dan Korea Selatan. Pada 2023, Arab Saudi menyerap sekitar US$10,9 juta atau lebih dari 60% total nilai ekspor gaharu Indonesia, meningkat dari US$8,4 juta pada 2022. Selain itu, Singapura dan Kuwait juga menjadi pasar penting untuk gaharu Indonesia, meskipun volume dan nilainya relatif lebih kecil.

Negara pesaing utama Indonesia dalam pasar gaharu adalah Malaysia dan Vietnam, yang memiliki industri gaharu yang terintegrasi lebih baik. Malaysia, misalnya, telah mengembangkan budidaya gaharu secara komersial dan memiliki akses pasar yang lebih stabil ke negara-negara Timur Tengah, yang menjadikan persaingan semakin ketat.

Namun, kelebihan gaharu Indonesia terletak pada kualitas dan aroma yang dihasilkan, terutama dari gaharu Sumatera dan Kalimantan. Produk gaharu dari Indonesia dianggap memiliki aroma lebih kompleks dan tahan lama dibandingkan dengan produk dari negara lain, menjadikannya favorit di kalangan pengrajin parfum internasional.





Secara keseluruhan, meskipun ekspor gaharu Indonesia mengalami fluktuasi dari sisi volume, nilai ekspornya tetap menunjukkan tren positif. Hal ini menjadi indikasi bahwa Indonesia masih memiliki potensi besar dalam industri gaharu, terutama jika dapat memperbaiki rantai produksi dan meningkatkan daya saing di pasar internasional.

Kayu Gaharu Indonesia

Pohon gaharu (Aquilaria malaccensis) adalah pohon asli hutan hujan di Asia Tenggara. Tanaman tersebut dapat dijumpai di Bangladesh, Bhutan, India, Indonesia, Iran, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, dan Thailand.

Uniknya, untuk menghasilkan bau yang wangi, pohon ini harus terinfeksi dahulu oleh jamur.

Baunya yang wangi membuatnya menjadi sangat berharga di pasaran. Tanaman aromatik itu sempat dijadikan sebagai salah satu bahan utama pembuatan kosmetik, parfum, hingga obat-obatan.

Kayu gaharu sejak lama menjadi komoditas dagang dari kerajaan di Indonesia. Kerajaan Sriwijaya, yang eksis antara abad VII hingga XI masehi di Sumatra Selatan itu, menjadi pengekspor kayu ini sampai ke Arab.

A Saudi man holds a handful of Oud or Agarwood at his shop in Riyadh, 10 October 2007. Oud, also known by the names Agrawood and Aloeswood, in the resinous aromatic heartwood of the Aquilaria tree, native to southeast Asia, that is highly valued for its pleasing fragrance and thus used as incense. Oud is one of the products that Saudi Muslims traditionally stock-up on in preparation for the Eid al-Fitr festivities that mark the end of Ramadan. AFP PHOTO/HASSAN AMMAR (Photo credit should read HASSAN AMMAR/AFP via Getty Images)Foto: Kayu Gaharu (Photo HASSAN AMMAR/AFP via Getty Images)
A Saudi man holds a handful of Oud or Agarwood at his shop in Riyadh, 10 October 2007. Oud, also known by the names Agrawood and Aloeswood, in the resinous aromatic heartwood of the Aquilaria tree, native to southeast Asia, that is highly valued for its pleasing fragrance and thus used as incense. Oud is one of the products that Saudi Muslims traditionally stock-up on in preparation for the Eid al-Fitr festivities that mark the end of Ramadan. AFP PHOTO/HASSAN AMMAR (Photo credit should read HASSAN AMMAR/AFP via Getty Images)

 

"Ke Negeri Arab Sriwijaya mengekspor kayu gaharu, kapur barus, cendana, gading, timah, kayu ebony, kayu sapan, rempah," tulis Nia Kurnia Sholihat Irfan dalam buku Kerajaan Sriwijaya: Pusat Pemerintahan dan Perkembangannya (1983:63).

Setelah Sriwijaya bubar, kerajaan-kerajaan lain yang eksis di Sumatra dan daerah lainnya juga memperdagangkan kayu gaharu.

Para pedagang yang berdagang kayu gaharu tidak hanya orang Indonesia asli. Denys Lombard dalam Nusa Jawa: Jaringan Asia (1996:29) menyebut kayu gaharu, bersama kayu cendana, lada, cengkeh dan pala melewati pelabuhan-pelabuhan di kawasan Sriwijaya dan sekitarnya.

Perdagangan kayu gaharu dari Sumatra pada masa lalu bukan lagi komoditas pedagang lokal tapi juga pedagang dari luar negeri. Marwati Djoened Poesponegoro dkk dalam Sejarah Nasional Indonesia Volume 3 (1984:277) menyebut para pedagang itu berasal dari Campa dan Siam juga ikut berdagang kayu gaharu.

Kayu gaharu diminati pula oleh pedagang dari Gujarat, India. Tsuyoshi Kato, dalam tulisannya Rantau Pariaman: Dunia Saudagar Pesisir Minangkabau dalam buku Indonesia Dalam Kajian Sarjana Jepang (1986:81) berdasar The Suma Oriental of Tome Pires menyebut kapal-kapal dari Gujarat mendatangi Pariaman, Sumatra Barat, untuk mendapatkan kayu gaharu dan komoditas lainnya.

Baca:
Bikin Bangga! Teh RI Ternyata Bisa Menyatukan Rusia & Amerika

"Tiap tahun, satu, dua atau tiga kapal dari Gujarat berkunjung ke Pariaman, sambil membawa pakaian untuk ditukarkan dengan emas (dalam jumlah banyak), kayu gaharu, kapur barus, sutra, lilin dan dan madu," catat Kato.

Kala itu, produksi kain di Indonesia masih kalah dibanding India dan China.

Kayu ini sebenarnya berwarna terang. Warna gelap kayu ini dihasilkan oleh getah yang merupakan infeksi jamur yang muncul sebagai respon pertahanan. 



CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]



(emb/emb) Saksikan video di bawah ini:

Prabowo: Hilirisasi Mutlak, Tidak Bisa Ditawar!

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">