snaptik fb video

    Release time:2024-10-07 22:07:59    source:dewaslot 99   

snaptik fb video,mexico liga expansion,snaptik fb video

Jakarta, CNBC Indonesia- Ketegangan masih terus terjadi di Timur Tengah. Hal ini dipicu perang antara Israel dan milisi penguasa Gaza Palestina, Hamas, sejak 7 Oktober silam.

Berikut perkembangan terbarunya sebagaimana dirangkum beberapa sumber, Senin (2/9/2024):

Pilihan Redaksi
  • Peringatkan AS, China Blak-blakan Sebut Indonesia
  • Kronologi-Penyebab Demo Besar-besaran di Israel, Negara Bisa Lumpuh
  • Gempa Kuat Guncang Taiwan, Magnitudo 5,5

1. Netanyahu Panik

Demonstrasi besar-besaran melanda sejumlah kota di Israel, Minggu. Mereka meminta Pemerintah Israel untuk segera menekan perjanjian gencatan senjata dengan milisi Gaza, Hamas, setelah enam sandera Negeri Zionis yang ditahan kelompok tersebut ditemukan tewas di wilayah Palestina itu.

Mengutip BBC News, para demonstran mengaku marah dengan keputusan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu yang terus mengulur perjanjian damai dengan Hamas. Apalagi, kelompok milisi itu menyebut keenam sandera tewas akibat serangan Israel sendiri.

Gelombang unjuk rasa ini membuat Netanyahu panik. Pasalnya, firma Crowd Solutions memperkirakan bahwa sekitar 280.000 orang berpartisipasi dalam demonstrasi tersebut. Lembaga lain bahkan memprediksi jumlahnya mencapai 300.000 orang.

"Perdana Menteri Benjamin Netanyahu khawatir dengan protes anti pemerintah massal yang melanda negara itu," tulis CNNmengutip pernyataan seorang pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya.

Para demonstran berkumpul di sekitar api unggun selama unjuk rasa menentang pemerintah dan untuk menunjukkan dukungan bagi para sandera yang diculik selama serangan mematikan pada 7 Oktober, di tengah konflik yang sedang berlangsung di Gaza antara Israel dan Hamas, di Tel Aviv, Israel, 1 September 2024. (REUTERS/Florion Goga)Foto: Para demonstran berkumpul di sekitar api unggun selama unjuk rasa menentang pemerintah dan untuk menunjukkan dukungan bagi para sandera yang diculik selama serangan mematikan pada 7 Oktober, di tengah konflik yang sedang berlangsung di Gaza antara Israel dan Hamas, di Tel Aviv, Israel, 1 September 2024. (REUTERS/Florion Goga)

2. Ekonomi Israel Lumpuh

Pemimpin serikat pekerja terbesar Israel, Histadrut, berjanji akan "melumpuhkan" ekonomi Israel. Bergabung dengan pendemo Minggu, Histadrut mengumumkan pemogokan umum mulai Senin ini.

Mereka mengharapkan bisa menimbulkan gangguan besar ke ekonomi Israel-termasuk di sektor perbankan, sistem kesehatan, dan Bandara Internasional Ben Gurion. Ini untuk menekan pemerintah untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas untuk membawa pulang sandera yang tersisa.

Israel kini memperkirakan ada 101 sandera yang masih berada di Gaza, termasuk 35 yang diduga sudah meninggal. Lebih dari 100 sandera telah dibebaskan selama gencatan senjata sementara pada bulan November.

3. Partai Kristen Lebanon Buka Suara soal Perang Hizbullah dan Israel

Kepala partai politik Kristen, Pasukan Lebanon, menuduh kelompok Hizbullah menyeret negaranya ke dalam perang dengan Israel tanpa berkonsultasi dengan rakyat. Hal ini pun menambah panas situasi di wilayah Timur Tengah.

Dalam pidato pada Minggu, Samir Geagea, pemimpin blok Kristen utama di parlemen, menuduh Hizbullah "merampas keputusan rakyat Lebanon tentang perang dan perdamaian". Ia mengatakan Hizbullah membuat negara seolah-olah tidak ada.

"Bentrokan tersebut adalah perang yang ditolak oleh rakyat Lebanon, tetapi telah dipaksakan kepada mereka," kata Geagea dalam pidatonya yang menyerang kelompok Muslim Syiah tersebut kepada para pendukungnya di utara Beirut, seperti dikutipAFP.

"Ini adalah perang yang tidak diinginkan rakyat Lebanon dan pemerintah tidak memiliki suara dalam hal ini. Perang ini tidak menguntungkan Lebanon, tidak membawa apa pun ke Gaza, dan tidak meringankan penderitaannya sedikit pun," tambahnya.

Sejak dimulainya perang antara Israel dan Hamas pada Oktober 2023, Hizbullah telah terlibat dalam baku tembak lintas perbatasan hampir setiap hari dengan Israel untuk mendukung Palestina. Keputusan ini rupanya ditentang oleh Pasukan Lebanon dan partai-partai lainnya.

Para pengkritik gerakan tersebut menyebut Hizbullah sebagai "negara di dalam negara". "Perang ini, yang melibatkan Hizbullah, harus dihentikan sebelum menimbulkan perang besar yang tidak akan menyisakan siapa pun," tambah Geagea.

4. Malaysia Teriak 

Sementara itu Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim dan mitranya dari Selandia Baru Chris Luxon menyampaikan seruan gencatan senjata. Ini dilakukan keduanya dalam konferensi pers bersama di ibu kota Malaysia, Kuala Lumpur.

"Kami berdua sangat bersatu dalam menyerukan gencatan senjata segera, mengajak para pihak untuk duduk di meja perundingan, dan menemukan solusi dua negara," kata Luxon kepada wartawan.

Anwar mengatakan prospek gencatan senjata saat ini tidak terlihat menggembirakan, dengan mengatakan bahwa ada kurangnya komitmen dari negara-negara, khususnya AS, yang dapat menggunakan pengaruh mereka untuk menghentikan konflik.

"Satu-satunya harapan adalah melibatkan Amerika Serikat untuk mengambil sikap yang lebih kuat," kata pemimpin Malaysia tersebut.

5. Hamas Respons Kematian 6 Sandera Israel

Hamas menegaskan tentara Israek (IDF) sebagai pelaku pembunuhan tawanan Israel di Jalur Gaza. Ini ditegaskan anggota biro politik Hamas yang bertanggung jawab atas pertukaran tawanan, dalam wawancara dengan Al Jazeera.

"Para (enam) tawanan ini dan lainnya sebenarnya bisa kembali hidup-hidup ke keluarga mereka sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran," kata Khalil al-Hayya.

"Tetapi desakan tentara pendudukan (Israel), Netanyahu, dan pemerintah ekstremisnya menyebabkan kematian orang-orang ini dalam pengeboman. Beberapa tawanan musuh ditembak mati oleh tentara pendudukan," jelasnya.

Ia juga mengatakan kembali bahwa Hamas telah siap menandatangani kesepakatan gencatan senjata untuk Gaza. Namun PM Israel Benjamin Netanyahu telah mencegah hal itu terjadi.

"Usulan Israel terakhir diajukan pada 27 Mei. Usulan itu diajukan oleh pendudukan Israel dan diadopsi oleh Biden kata demi kata. Amerika Serikat (AS) juga mendatangi Dewan Keamanan dan usulan itu diadopsi di sana. Hamas menyambut baik prinsip-prinsip yang diajukan oleh Biden dan keputusan Dewan Keamanan. Kami mengharapkan adanya peluang untuk mencapai kesepakatan. Kami menyetujui perundingan," tambahnya.

"Namun Israel mulai menghindari kesepakatan apa pun, dengan Netanyahu memberlakukan persyaratan baru dan 'secara keliru' mengklaim bahwa Hamas telah menolak usulan tersebut," ujarnya.

"Faktanya, kami menyetujui usulan Israel yang diajukan pada 29 Mei. Kami hanya mengirimkan pertanyaan kepada mediator yang mengonfirmasi bahwa semua pertanyaan kami disetujui."


6. Korban Tewas Gaza

Di sisi lain, Kementerian Kesehatan Gaza mengumumkan setidaknya 40.786 warga Palestina telah tewas akibat serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober. Selain itu, 94.224 warga Palestina lainnya terluka selama serangan tersebut.

7. Houthi Ngamuk Lagi

Proksi Iran di Yaman, Houthi, kembali mengamuk. Operasi Perdagangan Maritim Inggris (UKMTO) mengatakan dua proyektil Houthi menghantam sebuah kapal dagang di lepas pantai provinsi Hodeidah, Yaman.

Lembaga itu menyebut bahwa level kerusakan kapal itu saat ini masih dalam penilaian awak kapal yang selamat. Houthi sendiri telah berjanji menyerang kapal-kapal yang terkait Israel dan Barat, sebagai bentuk protes serangan Israel di Gaza.

"Pengendalian kerusakan sedang dilakukan. Tidak ada korban di atas kapal dan kapal tersebut melanjutkan perjalanan ke pelabuhan persinggahan berikutnya," katanya.


(sef/sef) Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Arab Makin Parah, Ekonomi RI Terancam Berdarah-darah?

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article Menyemut, Penampakan Ribuan Warga Israel Demo "Benci" Netanyahu