mimpi dikejar maling

    Release time:2024-10-07 22:12:59    source:erek erek cacing   

mimpi dikejar maling,mesir toto login,mimpi dikejar malingJakarta, CNN Indonesia--

Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump semakin disorot usai menjadi target penembakan saat kampanye di Pennsylvania pada Sabtu akhir pekan lalu.

Penembakan ini pun membuat situasi politik di Negeri Paman Sam semakin panas empat bulan jelang pemilihan presiden pada 5 November mendatang.

Lihat Juga :
Kenapa Cawapres Trump Sindir Inggris sebagai 'Negara Islam'?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peneliti senior di Pusat Studi AS di Universitas Sydney, Benjamin Reilly, memprediksi penembakan akan semakin "menguntungkan" Trump dalam jajak pendapat pemilu.

Sebelum penembakan terjadi, sebagian besar jajak pendapat pemilu AS memperlihatkan tingkat elektabilitas Trump sudah mengungguli Biden, terutama usai debat capres pertama beberapa waktu lalu.

Lihat Juga :
Penembakan Trump Picu Teori Konspirasi Pilpres AS, Siapa yang Untung?
Lihat Juga :
Profil Usha Vance, Istri JD Vance Sang Cawapres Pendamping Trump

Trump dinilai memenangkan debat pertama setelah performa Biden menurun akibat pernyatannya yang bertele-tele dan faktor usianya yang makin mengkhawatirkan banyak pihak, termasuk dari Partai Demokrat sendiri.

Menurut Reilly, insiden penembakan ini pun semakin memperkuat citra Trump di kalangan publik dan menggambarkan bahwa sang eks presiden merupakan sosok yang kuat melawan petahana.

Dikutip Channel NewsAsia, selain menguntungkan Trump, Reilly menambahkan penembakan akhir pekan lalu meningkatkan peluang Partai Demokrat untuk menggantikan Biden sebagai kandidat capres dari kubu mereka.

Alasan penembakan menguntungkan Trump, baca di halaman berikutnya >>>

Teori konspirasi bermunculan

Tak lama usai berita penembakan Trump menyebar, media sosial dibanjiri oleh berbagai spekulasi dan teori soal insiden tersebut.

Ada pihak yang mengklaim penembakan itu ulah Partai Demokrat, China, Hamas, hingga imigran gelap di AS demi menjegal Trump.

Politikus Republik Mike Collins bahkan menuduh langsung Presiden Joe Biden, rival Trump di pemilu, di balik penembakan tersebut.

Sementara itu, oposisi Trump menilai penembakan tersebut kemungkinan rekayasa demi meraup perhatian dan simpati publik.

[Gambas:Photo CNN]

Bisa tarik simpati pemilih

Terlepas dari rekayasa atau tidak, sejumlah analis meyakini insiden penembakan ini akan dimanfaatkan sebisa mungkin oleh Republik untuk menarik simpati pemilih dan pada akhirnya bisa membawa Trump meraih kemenangan pada November nanti.

Menurut Profesor Ekonomi dan Keuangan Columbia Business School dan School of International and Public Affairs di Columbia University, Shang Jin Wei, penembakan ini kemungkinan besar menguntungkan Trump lantaran mampu menarik simpati publik bahkan di luar lingkungan Partai Republik.

"Kecenderungan banyak pemilih untuk memberikan suara simpati menunjukkan bahwa mereka mungkin memprioritaskan isu-isu yang mereka anggap lebih mudah dipahami daripada isu-isu kompleks yang mungkin terbukti lebih berdampak dalam jangka panjang," ucap Shang dalam opininya berjudul 'Will Trump Benefit from the Attempt on His Life?' yang rilis di Project Syndicatepada Selasa (16/7).

Lihat Juga :
Bagaimana Posisi Cawapres JD Vance soal Agresi Israel di Gaza?

Sebelum ada penembakan, Shang menuturkan elektabilitas Trump sudah mengungguli Biden dalam berbagai jajak pendapat pemilu. Sejumlah petinggi Demokrat bahkan semakin vokal mempertanyakan kelayakan Biden untuk kembali mencalonkan diri sebagai presiden dari partai mereka itu usai penampilannya di debat capres perdana beberapa waktu lalu.

Trump dinilai memenangkan debat pertama setelah performa Biden menurun akibat pernyatannya yang bertele-tele dan faktor usianya yang makin mengkhawatirkan.

Dalam KTT NATO baru-baru ini, Biden bahkan beberapa kali salah mengucapkan nama sejumlah petinggi negara dalam pernyataannya yang diliput media global.

Dalam opini analisisnya itu, Shang menyamakan kasus Presiden Taiwan Chen Shui-bian yang menang dramatis dalam pemilu 2004 lalu dengan situasi Trump saat ini. 

Perbedaannya, Trump memang sudah unggul dalam jajak pendapat sebelum penembakan terjadi, sementara Chen kebalikannya. Saat itu, elektabilitas Chen tertinggal dari rivalnya. 

Lihat Juga :
Profil Usha Vance, Istri JD Vance Sang Cawapres Pendamping Trump

Namun, situasi berubah drastis sehari menjelang pemilu kala Chen dan wapresnya ditembak saat kampanye. Saat itu, insiden penembakan disebut membantu Chen memenangkan pemilu meski banyak pihak oposisi menilai insiden itu direkayasa.

Sementara itu, seorang ahli strategis Partai Demokrat sendiri, Brad Bannon, mengakui bahwa penembakan ini memang semakin menguntungkan Trump di pemilu.

Menurut Bannon, penembakan Trump seakan memperkuat retorika Trump selama ini yang kerap menggembar-gemborkan bahwa dirinya menjadi target jahat pemerintah AS.

Sejak kalah di pemilu AS 2020, Trump terus menggembar-gemborkan bahwa pemerintah berupaya menjegal dirinya untuk kembali berkuasa di Gedung Putih.

Dan menurut Bannon, insiden pada akhir pekan lalu seakan memperkuat narasi Trump selama ini terhadap pemerintah yang kini dipimpin rivalnya, Biden.

"Percobaan pembunuhan ini menimbulkan simpati terhadap Trump," kata Bannon.

"Ini juga menegaskan gagasan kepada para pemilih bahwa narasi (Trump) soal ada sesuatu yang salah secara fundamental di negara ini (itu benar). Dan itu merupakan gagasan yang bisa mendorong lebih banyak dukungan terhadapnya," paparnya lagi seperti dikutip Reuters.