veloz138

    Release time:2024-10-08 06:00:51    source:jasabola pro   

veloz138,erek erek jambu air,veloz138Jakarta, CNN Indonesia--

Arab Saudi disebut menahan sejumlah jemaah yang menunjukkan solidaritas mereka untuk Jalur Gaza, Palestina, termasuk mengenakan syal keffiyeh.

Mereka juga diduga menahan warga yang berdoa untuk Palestina di tempat-tempat suci seperti di Mekkah dan Madinah.

Pilihan Redaksi
  • Viral Surat Lama Osama bin Laden, Sebut Kejahatan Israel di Palestina
  • Isi Surat Lama Osama bin Laden ke AS soal Bela Palestina
  • Siapa Osama bin Laden yang Pernah Tulis Surat ke AS Bela Palestina?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya diantar ke lokasi, di luar lokasi, di mana mereka menahan orang-orang karena kemungkinan melakukan kejahatan atau pelanggaran. Begitu saya ditahan, ada tentara lain yang menginterogasi saya dan bertanya tentang kewarganegaraan saya, mengapa saya di sini, dari mana saya bepergian, berapa lama saya di sini," imbuhnya.

Para prajurit itu juga meminta Abdur Rahman untuk memeragakan cara mengenakan keffiyeh, sembari itu, prajurit mendiskusikan soal nasibnya dan mengambil visanya.

Ia menduga masalah penahanannya jelas terkait Keffiyeh, sebab kendati Abdur Rahman tidak paham betul percakapan prajurit itu. Namun menurutnya, para prajurit itu mengucapkan 'keffiyeh Palestina' dalam beberapa kali.

Abdur Rahman kemudian disuruh menandatangani formulir pelepasan dengan memberikan cap sidik jarinya, serta menyerahkan keffiyeh yang ia kenakan.

"Akhirnya, ketika saya dilepas, seorang pekerja mendatangi saya, mengambil syal saya dan berkata, 'Ini tidak bagus, Israel-Palestina tidak bagus, jadi jangan dipakai, tidak boleh'," kata dia menirukan ucapan prajurit itu.

Ketakutan berubah menjadi patah hati

Abdur Rahman tidak mengira ibadahnya di tempat ziarah spiritual itu sempat terganggu oleh ancaman penahanan. Kejadian itu pun membuat dirinya terkejut, lantaran ia merasa takut bersuara sebab sedang tidak berada di dalam negerinya sendiri.

Ketakutan itu kemudian berubah menjadi patah hati, lantaran penggunaan Keffiyeh sebagai dukungan kepada Palestina di tanah Arab pun dipermasalahkan. Ia juga tidak membayangkan bagaimana Palestina menjalani kehidupan selama ini di bawah bayang-bayang tindakan represif selama ini.

Banner artikel Ceasefirenow

"Ketakutan saya berubah menjadi patah hati, dan patah hati tersebut semakin parah ketika saya menyadari bahwa ini hanyalah satu ons dari apa yang harus dilalui oleh orang-orang Palestina," kata dia.

Abdur-Rahman selanjutnya menggambarkan pengalaman tersebut sebagai sesuatu yang 'menyedihkan', terutama hal itu terjadi di tempat ibadah. Di sisi lain, agresi Israel menurutnya tiada henti di Gaza, yang sejak 7 Oktober telah menewaskan lebih dari 11.000 warga Palestina, termasuk lebih dari 4.000 anak-anak.

"Hal ini menyadarkan saya betapa warga Palestina di Gaza dan di negara mereka harus merasakan perlakuan dari pemerintah Israel, dan pelecehan yang mereka terima hanya karena menjadi orang Palestina. Hal ini justru memperluas empati saya lebih jauh dari sebelumnya," lanjut Abdur Rahman.

Lihat Juga :
Israel-Hamas Diam-diam Negosiasi soal Gencatan Senjata

Abdur-Rahman memutuskan untuk berbagi pengalaman tidak mengenakkannya itu di Instagram, dengan mengatakan bahwa ia tidak ingin memberikan kesan yang salah tentang Mekah, yang merupakan tempat yang indah, namun ia ingin menjelaskan bagaimana orang-orang Palestina 'tidak memiliki suara' di sana.

Sejak berbagi pengalamannya, Abdur-Rahman mengatakan bahwa dirinya telah menerima pesan kebencian online dari Arab Saudi, yang membela apa yang terjadi dan mengatakan bahwa tidak diperbolehkan mengibarkan bendera atau simbol di tempat ibadah.

"Ada pemahaman universal umat Islam bahwa ini bukanlah negara sembarangan dan bahwa Al-Aqsa di Palestina adalah salah satu situs paling suci dalam Islam. Jadi saya pikir itu akan baik-baik saja. Saya juga mendapat cerita dari orang-orang yang pernah mengalami apa yang saya alami dan mereka mendapat masalah," ujarnya.

Bersambung ke halaman berikutnya...

Kisah Abdur Rahman itu serupa dengan kesaksian lain yang dibagikan secara daring. Dalam salah satu video yang dibagikan di media sosial pada 10 November, seorang pria Aljazair yang sedang menunaikan ibadah haji di Arab Saudi menggambarkan penangkapannya oleh otoritas Saudi karena bersimpati dengan warga Palestina dan mendoakan mereka.

"Saya ditahan selama lebih dari enam jam karena berdoa bagi saudara-saudara kita di Palestina," katanya dalam video tersebut.

Lihat Juga :
Media Inggris The Guardian Hapus 'Surat untuk Amerika' Osama bin Laden

Pria tersebut mengaku sengaja membagikan pengalamannya lewat video itu semata ingin memberikan informasi kepada siapapun terutama mereka yang akan berkunjung ke tempat suci, seperti Mekah dan Madinah.

"Saya tidak berbicara tentang politik atau rezim," lanjutnya.

Pria tersebut mengatakan bahwa ia dibawa ke kantor polisi yang berbeda, ia juga mengaku telah mencoba menjelaskan bahwa tujuannya hanya berdoa, dan ia menghapus video tersebut segera setelah diminta.

"Saya punya tekanan darah tinggi dan saya penderita diabetes, tapi ditahan selama enam jam. Saya diperlakukan seperti penjahat dan diberitahu bahwa saya ditahan karena 'bersimpati dan berdoa untuk Palestina' dan cap sidik jari saya diambil," katanya.

Ia kemudian mengakhiri videonya dengan memperingatkan orang-orang untuk berhati-hati ketika mengunjungi tempat-tempat suci. Ia juga merasa beruntung dapat dibebaskan, sebab ia juga mendengar bahwa orang lain ditahan lebih lama. Ia juga mencatat bahwa seorang wanita Indonesia, yang mengenakan jilbab berbendera Palestina juga ditahan.

Lihat Juga :
Daftar Propaganda Kebohongan Israel atas Genosida di Gaza

Pada 10 November lalu, kepala urusan agama Arab Saudi di Masjidil Haram, Abdul Rahman al-Sudais, menyarankan agar masyarakat tidak ikut campur atau terlibat dalam apa yang terjadi di Gaza. Ia hanya meminta masyarakat di Arab mendoakan mereka.

"Anda melihat apa yang terjadi pada saudara-saudara kita di Palestina, apa lagi yang harus kita lakukan terhadap mereka, selain mendoakan mereka," ujarnya.

CNN Indonesiasudah mencoba menghubungi pihak Kedutaan Besar Arab Saudi untuk mengonfirmasi insiden ini, namun belum mendapatkan tanggapan hingga berita ini dipublikasi.