master jalur main

    Release time:2024-10-08 03:44:13    source:erek sepak bola   

master jalur main,kelabang togel 4d,master jalur main

Jakarta, CNBC Indonesia- Topan Yagi mungkin menjadi badai terkuat di Asia pada tahun ini, termasuk yang terbesar di Asia Tenggara.

Topan ini sudah menewaskan ratusan orang sejak melanda China selatan dan Asia Tenggara pada pekan lalu, meninggalkan jejak kehancuran akibat hujan lebat dan angin kencang.

Setelah menghantam Filipina, badai itu bergerak ke arah barat menuju China selatan dan segera setelah itu ke beberapa negara di Asia Tenggara seperti Vietnam, Thailand, Myanmar, dan Laos.

Hampir sepekan sejak badai itu menerjang daratan, banyak pertanian dan desa di wilayah utara Vietnam dan negara tetangga Thailand masih terendam air karena masyarakat berjuang mengatasi banjir parah dan ancaman tanah longsor yang mengancam.

Di Vietnam, jumlah korban tewas telah meningkat menjadi sedikitnya 226 orang akibat badai dan tanah longsor serta banjir bandang yang dipicunya. Badai itu menyebabkan kerusakan luas pada infrastruktur dan pabrik di negara yang dilintasi topan Yagi.

Sementara di Thailand, setidaknya sudah 33 orang telah meninggal sejak pertengahan Agustus lalu akibat insiden terkait hujan sangat lebat, dengan setidaknya sembilan kematian pekan ini setelah topan Yagi.

Badai menjadi lebih dahsyat dan lebih mematikan akibat pemanasan laut, para ilmuwan telah lama memperingatkan. Sementara negara-negara maju memikul tanggung jawab historis yang lebih besar atas krisis iklim yang disebabkan manusia, serta negara-negara berkembang dan negara-negara kepulauan kecil menjadi yang paling menderita.

Terlepas dari 'ganasnya' topan Yagi dan menjadi badai terekstrim di tahun ini, sejatinya di Asia Tenggara sudah beberapa kali dilanda badai yang mematikan. Sejatinya, badai besar ini bermula di Asia Timur seperti China dan Jepang. Namun karena badai tersebut bergerak ke arah selatan dan barat, sehingga Asia Tenggara pun juga terkena badai tesebut.

Meskipun dianggap sebagai bencana "alamiah", penelitian telah menunjukkan bahwa pemanasan permukaan laut berdampak pada kekuatan dan intensitas topan tropis. Dari tahun ke tahun, pemanasan global yang semakin meningkat menyebabkan intensitas dan kekuatan badai semakin besar.

Banjir yang merusak akibat topan diperparah oleh naiknya permukaan air laut dan curah hujan yang berlebihan meningkat karena kelembapan atmosfer yang disebabkan oleh pemanasan global.

Lalu badai atau topan mematikan apa saja yang pernah melanda Asia Tenggara? Berikut daftarnya.

Indonesia Relatif Aman Dari Badai Mematikan?

Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Guswanto mengatakan topan Yagi tidak akan sampai ke Indonesia meski beberapa negara tetangga terdampak siklon ini.

Ia menjelaskan, Indonesia tidak akan dilanda topan Yagi karena pengaruh pergerakan angin timuran. Adapun, angin timuran adalah rata-rata angin yang bertiup dari arah timur hingga tenggara dan bergerak pada April-Oktober setiap tahunnya.

Dilansir dari laman resmi BMKG, angin timuran menjadi indikator musim kemarau bagi wilayah Indonesia.

Guswanto menjelaskan, angin timuran bergerak dari Samudra Pasifik menuju daratan China atau Asia sehingga topan Yagi tidak akan sampai ke Indonesia.

"Jadi melalui (Samudera) Pasifik terus kemudian Laut Filipina terus Laut China Selatan yang di utara terus masuk ke daratan Asia," jelas Guswanto.

Guswanto menegaskan, pihaknya belum menerima informasi bahwa siklon tropis yang memicu topan Yagi terdeteksi di sekitar atau di dalam Indonesia.

Kalaupun siklon tropis Yagi muncul, fenomena ini tidak akan terjadi dalam waktu dekat.

Selain topan Yagi, nyatanya secara historis Indonesia jarang terkena badai yang mematikan di Asia. Hal ini karena letak astronomisnya. Indonesia terletak di lintang rendah garis ekuator yang berada di tengah bumi atau sikenal sebagai garis khatulistiwa.

Dilansir dari National Weather Service, syarat pertama terjadinya badai adalah perairan laut yang hangat dengan suhu sekitar 27°C dan kedalaman sekitar 46 meter.

Indonesia yang merupakan wilayah perairan di khatulistiwa memiliki laut yang dalam juga hangat. Sehingga, memenuhi syarat pertama terjadinya badai.

Namun, yang terjadi adalah kebalikannya. Di wilayah Indonesia badai sangat jarang atau tidak terbentuk sama sekali. Hal tersebut dikarenakan efek coriolis bumi.

Efek coriolis bumi adalah efek pembelokkan massa udara akibat rotasi bumi. Dilansir dari School of Ocean and Earth Science and Technology, efek coriolis maksimum di kedua kutub dan nol di khatulistiwa.

Sedangkan, Indonesia terletak di khatulistiwa atau ekuator. Artinya, wilayah Indonesia yang bertekanan rendah karena berada di ekuator tidak memiliki efek coriolis.

Pada dasarnya, angin akan bergerak dari daerah bertekanan tinggi (kutub utara dan selatan) ke daerah bertekanan rendah (ekuator termasuk Indonesia).

Namun, dilansir dari Hong Kong Observatory, efek coriolis membelokkan angin yang mengarah pada pembentukan pusaran di sekitar daerah bertekanan rendah.

Badai yang masuk dari daerah bertekanan tinggi akan dibelokkan oleh efek coriolis melawan arah putarannya. Sehingga, badai tidak masuk ke dalam daerah bertekanan tinggi (khatulistiwa).

Tanpa adanya efek coriolis yang membelokkan angin dan membuatnya berputar, badai tidak akan terbentuk. Inilah mengapa di Indonesia tidak terjadi badai. Bukan hanya badai, pengaruh efek coriolis yang sangat lemah ini menyebabkan di Indonesia sangat jarang terbentuk angin topan dan juga tornado.

Meskipun Indonesia jarang dilanda topan atau tornado, tetapi sejatinya Indonesia memiliki angin besar lokal yang dalam beberapa tahun terakhir sudah sering terjadi, yakni angin puting beliung.

Dalam beberapa tahun terakhir, intensitas atau kekuatan angin puting beliung memang terus meningkat karena efek perubahan iklim dan pemanasan global.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(chd/chd) Saksikan video di bawah ini:

Prabowo: Hilirisasi Mutlak, Tidak Bisa Ditawar!

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">